Dalam Islam, selain sholat wajib juga ada sholat sunnah yang dilakukan selain wajib atau fardhu yang lima waktu. Dalam Al Qur'an surat al- Mumi'nun ayat 1:
"Sungguh beruntung orang- orang yang beriman, (yaitu orang- orang yang khusyu' dalam sholatnya)."
Sangat berbahagia, sukses, orang yang beriman khusyu; dalam sholatnya. Dengan kata lain siapa pun yang merindukan kebahagiaan yang hakiki, sukses sejati, kemenangan dalam hidup ini selayaknya dia memerhatikan kualitas sholatnya. Dapat dipastikan bahwa perintah sholat bukan untuk kepentingan Allah Yang Maha Agung, yang sudah memiliki segala- galanya dengan sempurna. Perintah sholat seluruh keuntungannya akan kembali kepada pelakunya.
Tujuan dari shoalt sunnah ini adalah untuk menutupi kekurangan yang mungkin terdapat pada saat kita melaksanakan sholat fardhu. Diibaratkan sholat wajib kita adalah baju, maka sholat sunah adalah tambalan- tambalan yang akan menutupi baju kita yang robek- robek.
Sholat sunnah menutupi sholat wajib kita tidak sempurna. Tapi, yang tidak boleh kita lupa adalah kain penambal tidak akan berfungsi jika tidak ada yang ditambal. Mengerjakan sholat sunnah tetapi tidak mengerjakan sholat wajib, seperti hendak memberi tambalan pada baju, tambalannya tersedia, tetapi bajunya tidak ada. Sia- sia!
Dari Abu Hurairah R.A diceritakan bahwa Nabi SAW bersabda, yang artinya sebagai berikut:
"Sesungguhnya yang pertama- tama akan dihisab dari amal perbuatan manusia pada hari Kiamat adalah sholat. Allah SWT berfirman pada malaikat, sedangkan Ia adalah Maha lebih Mengetahui.'Periksalah sholat hamba Ku, sempurna ataukah kurang?'Jika kalau sempurna, dicatatlah sempurna. Akan tetapi, jika ada kekurangan, Allah berfirman 'Periksalah lagi, apabila hamba-Ku itu mempunyai amal sholat sunnah?' Jikalau terdapat amalan sholat sunnahnya lalu Allah berfirman lagi. 'Cukupkanlah kekurangan sholat fardhu hamba-Ku itu dengan sholat sunnahnya. 'Selanjutnya dihitunglah amal perbuatan itu menurut cara demikian." (H.R Abu Daud)
Nabi Muhammad SAW menjadikan sholatnya benar- benar sebagai sesuatu yang indah dan melakukan komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah SWT . Ruku' dan sujudnya panjang, terutama ketika sholat sendiri di malam hari. terkadang sampai kakinya bengkak, tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, sholatnya itu teraplikasi dan tercermin dalam kehidupan sehari- hari.
Aisyah berkata,"Sesungguhnya Rasulullah SAW meninggalkan amal padahal beliau senang untuk mengamalkannya, karena takut manusia mengamalkannya lalu difardhukan atas mereka. SAya tidak pernah melihat RAsulullah SAW melakukan sholat sunnah seperti sholat sunnah Dhuha, dan sesungguhnya saya mengerjakannya."
Terdapat juga dalam hadits berikut:
"Telah datang seorang Arab gunung lalu dia bertanya: "Ya Rasulullah SAW kabarkanlah kepada sholat yang diwajibkan Allah atasku."
Beliau menjawab,"Sholat lima waktuecuali engkau mau menambah yang sunnah."(H.R Bukhari dan Muslim)
Pembagian Sholat Sunnah
Sholat sunnah terbagi menjadi dua macam, mutlak dan muqayyat. Bisa dijabarkan sebagai berikut:
Aisyah berkata,"Sesungguhnya Rasulullah SAW meninggalkan amal padahal beliau senang untuk mengamalkannya, karena takut manusia mengamalkannya lalu difardhukan atas mereka. SAya tidak pernah melihat RAsulullah SAW melakukan sholat sunnah seperti sholat sunnah Dhuha, dan sesungguhnya saya mengerjakannya."
Terdapat juga dalam hadits berikut:
"Telah datang seorang Arab gunung lalu dia bertanya: "Ya Rasulullah SAW kabarkanlah kepada sholat yang diwajibkan Allah atasku."
Beliau menjawab,"Sholat lima waktuecuali engkau mau menambah yang sunnah."(H.R Bukhari dan Muslim)
Pembagian Sholat Sunnah
Sholat sunnah terbagi menjadi dua macam, mutlak dan muqayyat. Bisa dijabarkan sebagai berikut:
- Sholat Sunnah Mutlak
Apabila seseorang mengerjakan sholat sunnah dengan bilangan raka'at yang tidak diketahuinya, lalu bersalam maka hal itu pun sah pula tanpa perselisihan pendapat antar ulama.
Demikianlah pendapat yang telah disepakati oleh golongan kami (Madzab Syafi'i) dan diruaikan pula oleh Imam Syafi'i dalam kitab Al- Imla'. Imam Baihaqi meriwayatkan dengan isnadnya bahwa Abu Dzar RA melakukan sholat dengan raka'at yang banyak.
Setelah beliau mengucapkan salam lantas beliau ditegur oleh Ahnaf bin Qois RA, katanya:
"Tahukah engkau bilangan raka'at dalam sholat tadi apakah genap atau ganjil