"Sesungguhnya Allah Maha Pemalu dan Maha Penutup Aib. Allah SWT suka kepada orang yang pemalu dan suka menutupi aib hamba NYA. Maka jika salah seorang dari kalian mandi hendaklah ia menutupi auratnya".
Latar belakang munculnya hadist ini adalah Nabi Muhammad SAW berjalan di tengah padang pasir, beliau melihat ada orang sedang mandi tanpa mengenakan sehelai benangpun. Kemudian beliau masuk masjid dan naik ke atas mimbar menyampaikan hadist ini yang isinya menjelaskan sifat Allah SWT yang menyukai sifat malu dan menutupi aib hamba Nya. Juga berisi perintah untuk menutupi aurat saat mandi.
Ummat para nabi selain ummat Nabi Muhammad SAW jika ada yang melakukan dosa maka saat waktu pagi tiba akan tertulis di depan pintu rumahnya dosa yang telah ia kerjakan berikut sanksi hukumannya. Salah satu keistimewaan yang diberikan Allah SWT kepada umat Nabi Muhammad SAW adalah apa yang dialami umat nabi sebelum Nabi Muhammad SAW itu tidak dialami oleh umat Beliau.
Keistimewaan ini semata- mata karena kedudukan Nabi Muhammad SAW yang istimewa di sisi Allah SWT, karena beliau, Allah SWT malu untuk menimpakan siksaan yang bersifat menyeluruh kepada umat beliau yang bergelimang dosa. Allah SWT malah suka menutupi perbuatan dosa mereka sepanjang mereka tidak membongkarnya sendiri.
Sifat malu yang disukai Allah SWT adalah sifat malu yang mendorong seseorang menghindari perbuatan tercela bukan sifat malu yang menjauhkan orang dari kebaikan atau sifat malu yang mengganjal seseorang mengungkapkan kebenaran. Salah satu sifat malu yang mengakibatkan seseorang gagal memperolah ilmu.
Karena ilmu tidak akan diraih oleh orang yang pemalu dan angkuh.
Hadist ini juga berisi kewajiban seseorang untuk menutup aurat saat mandi jika berada di dekat orang yang haram melihat auratnya. Jika berada di dekat orang yang boleh melihat auratnya maka menutup aurat hukumnya sunnah. Karenanya para ulama Syafi'iyyah menyatakan bahwa salah satu kesunnahan mandi adalah menutup aurat dengan kain jika tidak ada orang yang haram melihat auratnya.
( disadur oleh Habib Miqdad Baharun "Buletin Hawariy JABAR)
