Selasa, 12 November 2013

Menangkal Riya" dan Menanamkan Keikhlasan

"Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan surga atas setiap orang yang riya"

Secara tekstual hadist ini menjelaskan bahwa siapapun yang riya' tidak akan masuk surga. Dengan mempertimbangkan hadist lain yang artinya " Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni tindakan menyekutukan DIA dengan yang lain dan mengampuni dosa- dosa lain selain itu bagi yang DIA kehendaki", maka pengertian tidak masuk surga dalam hadist di atas harus ditafsirkan tidak masuk surga dalam urutan pertama. Sama dengan hadist yang artinya: " Tiada sholat bagi tetangga mesjid kecuali di mesjid ", yang maksudnya adalah tidaklah sempurna sholat seseorang yang bertetangga dengan mesjid kecuali dilakukan di mesjid.

Hadist di atas juga menjelaskan kaitan antara amal dan niat. Karenanya para ulama mengingatkan kita akan hal ini. Sebagaimana ungkapan Ibnu Ruslan " Mantapkan dan murnikan niat sebelum beramal ". Oleh karena itu melafalkan niat sebelum melaksanakan sholat hukumnya sunnah untuk menyakin dan menjauhkan riya' .

Syaikh As Samhudi mengatakan, " Guru saya Syaikh Al Manawi setiap hendak berangkat ke majelis selalu berdiri sesaat di teras rumah untuk memurnikan dan menghadirkan niat karena takut riya'. Setelah itu baru beliau pergi menuju majelis".
Riay' merupakan penyakit hati yang dapat menghanguskan pahala amal. Riya' sebagaimana dalam kitab "Qul Hadzihi Sabili" karya Abuya Sayyid Muhammad 'Alawi adalah mengharapkan kedudukan dan penghormatan dari manusia dengan melakukan aktivitas ukhrawi seperti sholat, puasa, zakat, melaksanakan haji dan sebagainya dengan motif mendapatkan simpati manusia atau memperoleh imbalan materi dari mereka. Allah SWT berfirman dalam Al Kahfi yang berartinya: "Barangsiapa mengharapkan perjumpaan dengan Tuhan nya. Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan sesuatupun dalam beribadat kepada Tuhan nya". Riya' dikategorikan tindakan mempersekutukan Allah dengan yang lain atau syirik meskipun cuma syirik kecil atau syirik yang samar bukan syirik yang berkonsekuensi kekafiran atau syirik akbar.

Untuk menghindari riya' kita hrus berusaha keras meluruskan niat saat beribadah semata- mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengharapkan pahala di akhirat. Jika kita khawatir amaliah kita disusupi riya', maka hendaklah kita melakukan amaliah tersebut di tempat sepi yang jauh dari sorotan mata manusia. Namun untuk sebagian amaliah yang tidak mungkin dilakukan kecuali dilihat oleh manusia seperti seperti sholat berjama'ah, mencari ilmu, haji dan jihad maka ketakutan akan riya' tidak boleh membuat kita meninggalkan amaliah tersebut.
Solusinya adalah kita melakukan amaliah itu dengan berusaha maksimal mengyingkirkan riya' dan memohon pertolongan kepada Allah SWT agar amaliahnya bisa difokuskan semata- mata untuk mendekatkan diri kita kepada NYA. Wallahu A'lam  ( disadurkan oleh Habib Miqdad Baharun "Buletin Dakwah Hawariy Jabar")

RAHASIA SEHARI- HARI DAN DASAR- DASAR PENGETAHUAN

GADISKOST.COM

ARTIKEL POPULER

Arsip Blog

Entri Populer