Selasa, 12 November 2013

KEMULIAAN BULAN MUHARRAM

Bulan Dzulqa'idah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab dalam Al Qur'an di sebut dengan 4 bulan yang dimuliakan (Al Asyhurulhurum). Alin bin Abi Thalha dan Ibnu Rajab berpendapat bahwa hal itu dikarenakan besarnya kemuliaan a 4 bulan tersebut, perbuatan buruk yang dikerjakan pada 4 bulan itu akan mendapatkan dosa yang lebih besar dibanding bulan lain, dan pahala dari amal shalih yang dikerjakan pada 4 bulan itu juga melebihi pahala kebaikan yang dilakukan pada bulan lain. Oleh karena itu 4 bulan tersebut adalah zaman yang paling dicintai Allah SWT. Allah SWT berfirman yang artinya " Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah SWT adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah SWT di waktu DIA menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." ( QS At Taubah : 66)


Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa keempat bulan itu dimuliakan karena kepentingan melaksanakan ibadah haji dan umroh. Sebelum Dzulhijjah yang notabene bulan pelaksanaan prosesi haji, dimuliakan bulan sebelumnya yaitu Dzulqa;dah. Pada bulan Dzulqa'dah ini bangsa Arab menghentikan aksi peperangan. Dengan tidak adanya peperangan tercipta stabilitas keamanan untuk mempersiapkan perjalanan haji. Setelah Dzulhijjah juga dimuliakan satu bulan sesudahnya Muharram karena untuk memberi kesempatan jamaah haji pulang ke daerah masing- masing dengan aman. Sedang Rajab dimuliakan karena untuk memberi kesempatan mereka yang tinggal di ujung jazirah Arab untuk melaksanakan umroh dan pulang ke daerah mereka dengan aman.
Larangan berbuat aniaya atau dzalim pada 4 bulan mulia ini padahal berbuat dzalim adalah tindakan yang diharamkan tidak hanya pada 4 bulan tersebut karena Allah memang menyuruh kita untuk menghormati 4 bulan tersebut melebihi bulan lain. Berangkat dari hal ini Imam Syafi'i menetapkan diyat (kompensasi) tindakan pembunuhan tidak sengaja diperberat sama dengan diyat  akibat pembunuhan yang dilakukan dengan sengaja, jika terjadi pada bulan yang mulia ini.
Di antar 4 bulan mulia ini, Muharram adalah bulan yang paling mulia menurut pendapat sebagian ulama Al Hasan berkata "Sesungguhnya Allah mengawali tahun dengan bulan mulia dan mengakhirinya dengan bulan mulia juga. Tidak ada bulan dalam setahun setelah bulan Ramadhan yang lebih agung di sisi Allah melebihi blan Muharram. Bulan Muharram ini disebut juga dengan bulan Allah yang tuli (Syahrullah Al Asham) karena kemulianya yang luar biasa ".
Maksud dari tuli adalah karena di bulan tersebut tidak terdengar pembunuhan atau peperangan. Annasa'i meriwayatkan sebuah hadist dari Abu Dzar yang bertanya kepada Rasulullah tentang waktu malam yang paling baik dan bulan yang paling utama. Rasulullah pun memberikan jawaban yang artinya " Sebaik- baik waktu malam adalah pertengahannya dan sebaik- baik bulan adalah bulan Allah yang kalian sebut Muharam ".
Maksud bulan Muharram disebut sebagai bulan terbaik tentunya setelah bulan Ramadhan yang tidak diperselisihkan keutamaannya mengalahkan Muharram. Salah satu ibadah paling agung yang diinformasikan dalam hadist Rasullullah SAW untuk menghidupkan blan Muharram adalah berpuasa. Ada 2 model puasa sunnah dalam bulan ini. Pertama puasa yang bersifat umum yaitu berpuasa sebulan penuh pada bulan Muharram atau hanya sebagian bulan saja. Baik dilakukan pada awal bulan Muharram, akhir atau pertengahannya. Kedua puasa khusus yaitu puasa hari Asyura' (10 Muharram). Puasa hari Asyura telah dikenal oleh para nabi. Nabi Nuh berpuasa pada hari tersebut sebagai eksperesi rasa syukur sebab Allah SWT telah mendarat kapal beliau di gunung Judy di Turki pada hari tersebut.
Nabi Musa as juga berpuasa pada hari Asyura' sebagai ekperesi rasa syukur telah diselamatkan dari kejaran dari tentara Fir'aun yang ditenggelamkan oleh Allah SWT di laut merah. Dalam hadist juga dijelaskan bahwa puasa Asyura; mampu menghapuskan dosa setahun yang telah lewat.
Di hari- hari akhir kehidupan Rasulullah SAW, beliau berencana untuk berpuasa bukan hanya pada hari Asyura'. Namun ditambah satu hari sebelum atau sesudahnya. Hal ini semata- mata dilakukan untuk membuat perbedaan dengan orang Yahudi. Beliau bersabda yang artinya, "Berpuasalah pada hari Asyura dan buatlah perbedaan dengan orang Yahudi. Berpuasalah satu hari sebelum atau sesudah hari Asyura'."
Tetapi rencana Rasulullah SAW tidak tercapai sebab beliau telah dipanggil Allah SWT sebelum datang bulan Muharram pada tahun berikutnya. Berangkat dari keterangan di atas, marilah kita kaum muslim menghidupkan bulan Muharram dengan berbagai amal shalih khususnya dengan berpuasa sunnah khususnya hari Asyura' karena di bulan ini pahala kebaikan yang akan kita peroleh mampu mengalahkan pahala amal shallih di bulan lain yang tidak masuk kategori 4 bulan mulia dan jauhilah perbuatan tercela sebab dosa akibat perbuatan di bulan ini juga mengalahkan dosa perbuatan tercela di bulan lain yang tidak masuk kategori 4 bulan mulia ini. Wallahu A'lam. (disadurkan oleh Habis Miqdad Baharun)

RAHASIA SEHARI- HARI DAN DASAR- DASAR PENGETAHUAN

GADISKOST.COM

ARTIKEL POPULER

Arsip Blog

Entri Populer