Senin, 29 Juli 2013

TITIK KELEMAHAN EJAKULASI VAGINA PADA WANITA


Ilmu pengetahuan tidak hanya mengharuskan pengamatan – pengamatan diukur dan dinyatakan secara kuantitatif, namun juga memerlukan pengamatan dari tangan pertama. Misalnya, Aristoteles percaya bahwa suatu bobot bisa sepuluh kali lipat beratnya seperti bobot lainnya bila dijatuhkan dengan kecepatan sepuluh kali lipat. Menurut sebuah legenda, beberapa abad kemudian Galileo menguji keyakinan Aristoteles itu dengan menjatuhkan dua benda dari ketinggian menara PISA untuk memperlihatkan bahwa dua benda yang bobotnya tidak sama sesungguhnya bisa menyentuh tanah dalam waktu yang bersamaan.
Keadaan tersebut tidak jelas sampaiMasters dan Johnson melaporkan pengamatan- pengamatan lansung terhadap masturbasi dan hubungan seksual sehingga kita mampu memahami dengan jelas tentang apa yang terjadi pada tubuh manusia sebagai akibat adanya ransangan- ransangan erotis. Untuk memudahkan pemahaman, mereka membagi siklus tanggapan seksual menjadi empat fase yaitu  ransangan, plateau, orgasme dan resolusi.
Pada fase ransangan, tanggapan fisiologi pertama pada wanita adalah keluarnya lendir vagina, sementara pada pria adalah ereksi penis. Lendir ini tidak berbeda dengan ereksi dalam hal bahwa keduanya terjadi akibat dari kenaikkan pasokan darah tubuh yang pada gilirannya menyebabkan memadatkannya jaringan- jaringan disekitarnya. Diantara perubahan-perubahan lainnya dalam fase ini adalah membengkaknya atau mengerasnya putting susu pada kebanyakan wanita dan pada beberapa pria.
Pada fase Plateau yang sesungguhnya sebagai perangsangan lanjut, jaringan- jaringan internal lapisan luar ketiga vagina membengkak dan mengurangi diameter lubang vagina, yang memungkinkannya mencengkeram penis, sementara pada pria buah zakar menjadi lebih membesar dan terdorong kearah pinggul. Klitoris juga menegang dan menjauh dari liang vagina, sehingga menjadi lebih sulit ditemukan. Ketegangan otot meningkat pada pria dan wanita.
Pada fase yang oleh Masters dan Johnson di sebut fase ORGASME, pada wanita terjadi serangkaian kontraksi berirama “platform oragsme”, dan jaringan- jaringan serta otot- otot di sekitarnya. Kontraksi otot- otot itulah yang pertama- tama terjadi pada interval waktu kira- kira empat sampai enam kali dalam satu detik. Kemudian interval tersebut bertambah lama dan intensitas kontraksinya menurun.

Menurut Masters dan Johnson, suatu oragasme yang hebat memiliki delapan sampai dua belas kontraksi, sementara suatu orgasme yang sedang- sedang saja hanya memiliki tiga sampai lima kontraksi. Secara obyektif, pengalaman orgasme dimulai ketika terjadi kekajangan otot pertama. Rahim juga berkontraksi secara berirama. Reaksi orgasme pada pria juga serupa, kecuali ada suatu proses kompleks yang biasannya menyebabkan ejakulasi  yang oleh Masters dan Johnson diruaikan secara terinci, namun khusus hanya untuk pria.
Pada pria dan wanita, ada perubahan- perubahan yang terjadi di bagian tubuh yang lain selama orgasme.  Denyut jantung meningkat, tekanan darah naik dan kecepatan pernafasan bertambah. Otot- otot di seluruh tubuh mungkin berkontraksi dan kemudian relaks. Kadang- kadang kulit memerah hamper seluruh tubuh.
Pada tahap ke empat dan atau terakhir, organ- organ tubuh secara bertahap kembali ke kondisi sebelum terangsang. Fase Resolusi tercatat sebagai fase paling pendek setelah fase orgasme tunggal, orgasme ganda, sementara waktunya masih lebih lama lagi bila tidak ada orgasme setelah tahap- tahap perangsangan dan plateau.
Sekali lagi, ada suatu permasalahan dalam metodologi penelitian, suatu kesalahan yang diakibatkan oleh kekurangan- kekurangan ajian Kinsey dan yang mengakibatkan munculnya dilemma yang kita pertimbangkan sekarang ini. Sebagian karena karya Kinsey, Masters dan Johnson mengasumsikan bahwa kemampuan melakukan masturbasi sampai mencapai orgasme dengan merangsang klitoris merupakan tanda tanggapan seksual wanita normal.
Olehkarena itu, kemampuan melakukan maturbasi sampai mencapai orgasme dengan cara seperti ini menjadi salah satu criteria untuk memilih subyek penelitian. Sekarang kita menyadari bahwa mereka terlalu berlebihan dalam memandang wanita yang memiliki fungsi seks yang berbeda.
Pandangan yang berlebihan ini menyebabkan mengapa Masters dan Johnson mempertahankan posisinya dalam perdebatan yang berjalan lama tentang orgasme klitorial dan orgasme vagina. Menurut mereka, semua orgasme wanita melibatkan klitoris dan secara fisiologis tidak bisa dibedakan. Mereka percaya bahwa perbedaan apa pun yang dirasakan merupakan perbedaan yang sangat subyektif karena semua orgasme pada wanita melibatkan kontak dengan bagian- bagian lain intrositas wanita (liang vagian). Ini mengakibatkan gesekan- gesekan antar klitoris kerudung kepalanya sendiri. Gesekan- gesekan sama yang terjadi sebagai selama msturbasi juga bias terjadi selama persetubuhan.
Ingatlah! Bahwa Freud percaya ada dua macam orgasme, satu orgasme dihasilkan oleh perangsangan klitorial, yang dia maskulin dan tidak matang, dan orgasme lainnya sebagai sebagai akibat dari penetrasi vaginal, yang dia anggap feminism dan matang. Beberap pengikut pandangan Freuadian membawa pandangannya ke suatu titik ekstrim, dengan member label kepada wanita yang hanya bias member tanggapan seksual secara klitorial sebagai wanita Frigid dan Neoritik.

RAHASIA SEHARI- HARI DAN DASAR- DASAR PENGETAHUAN

GADISKOST.COM

ARTIKEL POPULER

Arsip Blog

Entri Populer